ANTARA KOMPETISI EROPA, SPANYOL DAN INDONESIA
Beberapa pekan lalu, publik sepakbola dunia seakan telah bisa memprediksi bahwa tahun ini adalah tahun Spanyol. Betapa tidak, jika dilihat kontestan semifinalis kompetisi Eropa, Liga Champions dan Liga Eropa, dari 8 kontestan, 5 di antaranya berasal dari Spanyol. Di Liga Champions, Barcelona dan Real Madrid menjadi 2 momok menakutkan bagi Munchen dan Chelsea. Di Liga Eropa, 3 klub primera, Valencia, Athletic Bilbao, dan Atletico Madrid, akan bersaing dengan satu-satunya tim dari luar Spanyol, Sporting Lisbon. Melihat komposisi ini, wajarlah publik sepakbola dunia berkilah bahwa tidak menutup kemungkinan ke-2 trofi kompetisi Eropa tersebut akan berada di tanah Spanyol untuk tahun ini.
Akan tetapi, perlahan tapi pasti, harapan itu mulai memudar. Pasca kegagalan Barcelona, Real Madrid pun akhirnya mengikuti jejak rival beratnya itu setelah pada pertandingan semalam tim besutan Jose Mourinho itu harus mengakui keunggulan Bayern Muenchen lewat drama adu penalti. Hasil ini tentunya membuat perkiraan banyak pihak bahwa akan terjadi final ideal antara Barcelona dan Real Madrid di Allianz Arena pupus sudah. Justru yang terjadi adalah 2 tim lain yang akan merasakan indahnya partai final LC tersebut, Chelsea dan Bayern Muenchen.
Beralih ke Liga Eropa, semuanya tahu bahwa dari 4 semifinalis, hanya 1 semifinalis yang bukan berasal dari Spanyol yakni Sporting Lisbon. Komposisi ini menjadi alasan sebagian orang bahwa di Liga Eropa pun akan terjadi All Spanish Final. Namun, lagi-lagi asumsi itu perlahan terbantahkan setelah melihat hasil leg pertama. Pada leg I yang dihelat pada 19 April 2012, Sporting Lisbon bisa mengalahkan Athletic Bilbao dengan skor tipis 2-1. Hasil ini tentunya akan memperberat terealisasinya keinginan publik sepakbola Spanyol untuk melihat 2 tim Spanyol berlaga di partai puncak. Untuk mencari hasil akhir, leg II yang akan berlangsung nanti malam bakal menjadi jawabannya. Apakah satu trofi Eropa pasti menyeberang ke tanah Spanyol jika Athetic Bilbao bisa mengalahkan Sporting sehingga akan terjadi All Spanish Final? Atau harapan itu masih harus menunggu sampai tanggal 9 Mei 2012 saat partai final dilangsungkan antara Sporting Lisbon versus Valencia atau Athletico Madrid?
Pembaca, tidak bisa dipungkiri bahwa dalam 5 tahun terakhir, Spanyol menjadi salah satu raksasa sepakbola dunia. Dimulai dari kesuksesannya merengkuh gelar Euro 2008, Spanyol seakan sukar terbendung pada tahun-tahun selanjutnya. Tim yang dibesut oleh Vicente del Bosque ini pun akhirnya menjadi jawara Piala Dunia 2010. Melihat tren positif ini plus penampilan yang sangat konsisten, banyak pihak masih memprediksi bahwa Euro 2012 yang akan digelar di Ukraina dan Polandia juga masih akan menjadi milik tim Matador.
Bukan hanya di tingkat tim nasional, di level klub, tim-tim Spanyol pun semakin menggila. Dua tim besar, Barcelona dan Real Madrid seakan sukar dicari tandingannya. Ke-2 tim ini telah menahbiskan dirinya menjadi tim terkuat di dunia. Tidak hanya itu, tim-tim lain seperti Valencia, Atletico Madrid, Sevilla, Villareal, Athletic Bilbao, juga menjadi klub yang tidak ketinggalan untuk menghiasi kerasnya persaingan sepakbola di tingkat Eropa maupun dunia.
Melihat fakta ini, maka tidaklah berlebihan jika kita mengatakan bahwa kedigdayaan dan kekuatan tim nasional suatu negara akan tercermin dari bagaimana berjalannya kompetisi domestik sepakbola di negara tersebut. Banyak negara telah membuktikan hal ini. Italia, Spanyol, Inggris, Jerman, dan yang lain telah membuktikan bahwa kompetisi domestik adalah kunci utama jika ingin berbicara banyak di level tim nasional.
Nah, mungkin ada baiknya jika kita mencoba mengambil contoh-contoh negara sepakbola yang sukses di atas untuk dicontohi di Indonesia. Indonesia adalah negara yang besar dengan jumlah penduduk yang besar pula sehingga sangat memungkinkan dari sekitar 200-an juta penduduk Indonesia, ada sekitar 11 warga negaranya yang memiliki skill sepakbola yang luar biasa. Sangat memungkinkan bahkan saya mengatakan, PASTI ADA. Akan tetapi, kok asumsi ini seakan tidak benar?
Pembaca, saya tetap beranggapan bahwa banyak penduduk Indonesia yang 'fasih' bermain sepakbola. Namun, karena manajemen sepakbola yang kurang baiklah yang menjadi pemicu sehingga mereka tidak mampu mengembangkan kemampuan mereka. Alih-alih adanya pengelolaan liga domestik yang baik, justru yang muncul adalah ketidakteraturan, dualisme kompetisi, kepentingan politik, dan amburadulnya kompetisi. Yang korban adalah para pemain potensial yang kita miliki. ISL dan IPL adalah contoh termutakhir. PSSI versi Djohar versus PSSI versi La Nyalla Matalitti juga bisa diambil contoh. Nil Maizar plus Aji Santoso versus Alfred Riedl pun tidak ketinggalan. Kapan tim nasional Indonesia akan berkibar di kancah dunia jika mengurus kompetisi saja sudah tidak becus? Semuanya bermain pada level kepentingan pribadi dan golongan. Tidak ada yang memikirkan kondisi persepakbolaan kita yang memang sudah awut-awutan ini. Masyarakat dibuat bingung dengan tontonan seperti ini. Sekali lagi, yang menjadi korban adalah para pemain yang kita miliki. Tidak perlu repot-repot bermimpi untuk bisa berbicara banyak di level dunia jika kompetisi domestik saja masih tidak terbenahi dengan baik (chm).
Memang Indonesia bukan Spanyol atau Brazil, namun kita tidak perlu menjadi Spanyol atau Brazil untuk bisa menjadi tim yang besar di kancah persepakbolaan dunia.
Komentar
Posting Komentar