BEASISWA...OH...BEASISWA (PART III) : BAGAIMANA TENTANG PERSYARATANNYA?
Sebelum saya menceritakan pengalaman
saya lebih jauh, saya ingin menyampaikan bahwa skema beasiswa yang saya terima
adalah beasiswa Fulbright-Dikti. Sebagaimana namanya, beasiswa ini adalah
beasiswa yang diberikan dengan skema kerjasama antara pihak Fulbright dan pihak
pemerintah Republik Indonesia yang diwakili oleh Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Terkait dengan hal ini, pihak Fulbright
sebenarnya menawarkan banyak skema beasiswa. Misalnya, beasiswa Fulbright,
Fulbright-Dikti, Fulbright Freeport, dll. Beasiswa yang ditawarkan melingkupi
beasiswa lanjut studi strata magister dan doktoral maupun beasiswa untuk
melakukan kerjasama penelitian di AS.
Karena saya adalah grantee
Fulbright-Dikti, maka saya akan memaparkan pengalaman saya tentang skema
beasiswa ini. Akan tetapi, secara umum, keseluruhan skema beasiswa yang
ditawarkan oleh Fulbright mensyaratkan hal-hal atau dokumen-dokumen yang kurang
lebih sama.
Ketentuan yang diberlakukan oleh Fulbright
Scholarship kepada calon granteenya berupa dokumen-dokumen di bawah ini.
1.
Study Objective
Dokumen ini terhitung sangat penting
dan sangat menentukan dalam seleksi berkas. Study objective adalah dokumen yang
harus dibuat oleh setiap calon grantee Fulbright. Dokumen ini adalah dokumen
singkat, sekitar 1 halaman saja, yang menceritakan beberapa hal ringkas tentang
beberapa hal. Tidak perlu tulis berlembar-lembar untuk dokumen ini karena akan
membuat pihak penyeleksi akan malas membacanya. Cukup 1 halaman saja. Terkait
dengan hal ini, dalam study objective
cukup Anda menuliskan 4 paragraf saja dimana masing-masing paragraf memuat informasi
ringkas tentang :
-.
Latar
belakang pendidikan dan pekerjaan Anda (Paragraf I)
Pada paragraf ini, cukup Anda tuliskan
pekerjaan Anda sekarang. Selain itu, deskripsikan secara singkat tugas dan
tanggung jawab Anda di pekerjaan itu.
-.
Jurusan
yang akan Anda ambil di AS (Paragraf II)
Dalam bagian ini, ceritakan jurusan
yang ingin Anda ambil di AS. Ceritakan pula apakah jurusan tersebut memiliki
relevansi dengan latar belakang pendidikan dan pekerjaan Anda sekarang. Tentunya,
yang diinginkan adalah adanya relevansi yang kuat antara major yang Anda inginkan dengan background
pendidikan dan job Anda.
-.
Mengapa
Anda pilih melanjutkan studi di AS (Paragraf III)
Bagian ini merupakan bagian yang
terpenting karena akan menentukan apakah Anda memang ingin melanjutkan studi di
AS hanya didorong alasan yang kurang memotivasi. Jangan sekali-kali menuliskan
bahwa Anda ingin melanjutkan studi di AS karena ingin jalan-jalan. Jangan pula
terlalu mendewa-dewakan AS, misalnya karena AS itu negara adikuasa yang
memiliki perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang luar biasa. Jika
alasan ini yang Anda tuliskan, maka pihak Fulbright bisa saja menanyakan kenapa
Anda tidak memilih Jepang atau Eropa yang juga memiliki progresivitas yang
bagus dalam bidang IPTEK. Carilah alasan
yang lebih masuk akal. Sebagai contoh, yang saya lakukan dulu, saya menuliskan
bahwa keinginan saya ke AS untuk melanjutkan studi karena saya ingin lebih
dekat dengan profesor yang bukunya saya gunakan dalam memberi perkuliahan
karena saya adalah seorang dosen. Dan profesor itu hanya ada di AS. Intinya,
jangan memberi alasan yang muluk-muluk atau memuji-muji tentang AS.
-.
Apa
yang akan Anda lakukan setelah menyelesaikan studi di AS (Paragraf IV)
Selanjutnya, Fulbright juga ingin
mengetahui rencana Anda setelah menyelesaikan studi di AS. Dalam paragraf ini,
saya sarankan agar Anda mendeskripsikan rencana yang cenderung untuk membangun
lingkungan sosial Anda. Misalnya, Anda ingin membangun LSM, ingin meningkatkan
kemampuan riset yang berguna bagi masyarakat, atau alasan lainnya yang terkait.
2.
Curriculum Vitae (CV)
Dokumen yang satu ini adalah dokumen
wajib yang harus dilengkapi apapun jenis beasiswanya. Tidak trik khusus
bagaimana menyusun CV yang baik. Intinya adalah dalam CV harus bisa
menggambarkan data diri Anda secara eksplisit. Dalam CV, masukkanlah hal-hal
yang kira-kira akan membuat posisi Anda layak untuk dipertimbangkan, misalnya prestasi
yang pernah Anda raih atau latar belakang organisasi yang pernah Anda ikuti.
Yang disebutkan terakhir adalah hal yang cukup penting. Pihak interviewer akan
lebih cenderung memilih calon grantee yang memiliki latar belakang organisasi
yang bagus. Akan lebih baik lagi, jika ternyata Anda adalah calon grantee yang banyak berkecimpung di
organisasi-organisasi yang berbau sosial. Jika Anda adalah seorang dosen atau
pengajar, maka jangan lupa untuk mencantumkan riwayat penelitian yang pernah
Anda lakukan.
Anda bisa melihat contoh-contoh CV
lewat fasilitas search engine. Ada
ribuan contoh CV yang bisa Anda jadikan referensi. Namun, yang perlu diingat
adalah tidak ada format baku dari sebuah CV sehingga Anda bisa berkreasi dalam
pembuatan dokumen ini. Berkreasilah dengan baik sehingga pihak penyeleksi bisa
tertarik untuk membaca CV Anda dan pada gilirannya akan mempertimbangkan Anda
dalam proses seleksi untuk diterima.
3.
Reference Letter
Dokumen ini juga merupakan dokumen
penting yang akan dijadikan pertimbangan oleh pihak penyeleksi. Dokumen ini
menggambarkan orang-orang yang ikut merekomendasikan Anda untuk mendapatkan
beasiswa ini. Namun, ada anggapan yang salah dimana untuk reference letter haruslah seorang profesor. Nyatanya tidaklah
demikian. Reference letter bisa saja
dari pimpinan organisasi tempat Anda bekerja, dari kolega di tempat kerja Anda,
atau bahkan dari teman Anda. Tidak mesti harus seorang profesor. Tidak
mesti...! Intinya adalah dalam memilih orang-orang yang akan Anda minta
rekomendasinya dalam refrence letter pertimbangkanlah faktor keterkenalannya.
Sebagai analogi, menurut Anda, manakah yang akan lebih dipertimbangkan apakah
seorang profesor ataukah seorang pimpinan lembaga negara yang bukan profesor,
tetapi dikenal luas kredibilitasnya. Anda bisa jawab sendiri...!
4.
Kartu
Identitas
Kopian identity card adalah dokumen
wajib yang harus dicantumkan. Melalui dokumen ini, pihak penyeleksi dapat
memverifikasi data kewarganegaraan Anda atau data asal daerah Anda karena untuk
beberapa beasiswa, memang dibatasi calon pelamarnya haruslah dari daerah
tertentu saja. Misalnya beasiswa Fulbright Freeport hanya akan diberikan kepada
warga yang bermukim di Papua. Untuk memverifikasi hal ini, maka dokumen
identitas sangatlah dibutuhkan.
5. Ijazah
dan Transkrip
Nah, dokumen ini untuk memverifikasi
kemampuan akademik Anda. Namun, Anda tidak perlu risau jika memiliki IPK yang
rendah dari 2,75 sebagai batas umum melamar sebuah beasiswa. Saran saya,
kirimkan saja. Saya punya seorang teman yang IPKnya kurang 2,75 tetapi beliau
dinyatakan lolos. Artinya, IPK memang penting, namun bukanlah dokumen
terpenting yang akan menentukan kelulusan Anda dalam beasiswa ini. So, lakukanlah...!
6. Dokumen
yang membuktikan kemampuan bahasa Inggris
Karena AS adalah negara pengguna bahasa
Inggris, maka sudah sewajarnyalah universitas di sana mempersyaratkan kemampuan
bahasa Inggris tertentu yang dapat dibuktikan dengan sertifikat IELTS, TOEFL,
atau dokumen lain yang terkait.
Untuk Fulbright, biasanya kemampuan
bahasa Inggris yang disyaratkan minimal IELTS 6 (setara dengan 550 untuk PBT
TOEFL). Ada bahkan skema beasiswa Fulbright yang cukup mencapai TOEFL 500. Namun,
yang perlu saya sampaikan di sini adalah sertifikat IELTS atau TOEFL hanyalah
syarat untuk lolos seleksi berkas saja. Karena setelah Anda dinyatakan lolos
tahap wawancara, maka Anda diwajibkan mengambil iBT TOEFL lagi dengan nilai
minimal 79-80. Tenang saja, karena semua biaya (mulai dari pendaftaran,
akomodasi, konsumsi) semuanya ditanggung Fulbright melalui AMINEF.
Trus, bagaimana dengan Letter of Acceptance
(LoA) dan proposal penelitian? Terkait hal ini, maka dapat saya sampaikan di
bawah ini.
Ø
Letter
of Acceptance.
Dokumen ini sebenarnya adalah dokumen
sakti yang membuat calon penerima beasiswanya memiliki peluang lebih besar
untuk mendapatkan beasiswa. Namun, tidak seperti beasiswa lainnya, misalnya
beasiswa Dikti, beasiswa yang ditawarkan oleh Fulbright tidak mensyaratkan Anda
harus punya LoA. Justru merekalah yang akan mencarikan LoA di AS jika kita
sudah lolos tahap seleksi wawancara. Jadi, kita tidak perlu susah-susah kirim
email ke ratusan profesor yang ada di AS untuk bisa mendapatkan LoA dari
mereka.
Hal inilah yang membulatkan niat saya
untuk melamar beasiswa di Fulbright. Saya belum mendapatkan LoA dari profesor
manapun di AS. Namun, karena pihak Fulbright tidak mempermasalahkan hal ini,
maka saya melangkahkan kaki saja dengan mantap. Bismillah...!
Namun, jika Anda sudah punya LoA, itu
adalah hal yang lebih bagus lagi. Peluang Anda lebih besar lagi untuk lolos
seleksi. Jadi, tetap berusaha untuk LoA, toh
jika tidak dapat juga, maka jangan berkecil hati. Lanjutkan saja.
Ø
Research
Proposal
Jika Anda ingin
mengaplikasikan untuk strata doktoral, maka dokumen Anda akan bertambah dengan
dokumen ini. Research proposal adalah dokumen yang mendeskripsikan rencana
proposal Anda saat Anda mengambil program doktoral di AS. Dalam tahapan
wawancara, pihak interviewer akan menanyakan beberapa hal tentang penelitian
Anda. Namun, jika Anda hanya mengaplikasikan untuk level magister, maka dokumen
ini tidak dipersyaratkan. Adapun contoh research proposal dapat juga diunduh di
search engine.
Komentar
Posting Komentar