‘Idul Qurban 1434 H

Selain ‘Idul Fitri, ‘Idul Adha, atau yang sering disebut ‘Idul Qurban, merupakan hari besar umat Islam. Seluruh umat Islam di seluruh dunia merayakan hari kebesaran ini. Adalah sebuah kebahagiaan yang tiada tara tatkala perayaan hari raya ini bisa dilaksanakan di tengah-tengah keluarga besar kita. Sebaliknya, ada rasa sedih saat hari besar ini harus dirayakan jauh dari orang tua dan keluarga besar kita.


‘Idul Qurban adalah hari raya Islam yang seringkali diidentikkan dengan ibadah kurban. Artinya, dalam hari raya ini, setiap muslim yang sudah memenuhi syarat, sangat dianjurkan, bahkan ada yang mengatakan diwajibkan, untuk menyembelih hewan kurban, semisal unta, sapi, dan kambing.




[caption id="attachment_94" align="aligncenter" width="652"]www.nemukabar.blogspot.com www.nemukabar.blogspot.com[/caption]

Ibadah ini pertama kali diperintahkan oleh Allah SWT kepada Nabi Ibrahim AS. Saat itu, Nabi Ibrahim mendapatkan perintah untuk menyembelih anaknya, Nabi Ismail AS. Karena keimanan yang begitu kuat, pasangan ayah dan anak ikhlas. Nabi Ibrahim ikhlas untuk mengorbankan anaknya, sebaliknya Nabi Ismail ikhlas untuk mengorbankan dirinya. Keikhlasan itu muncul tentu saja karena adanya keimanan dan ketaqwaan yang begitu besar dalam diri mereka. Setelah “menguji” ketaatan ke-2 nabi-Nya, Allah SWT bertitah untuk mengganti Nabi Ismail dengan seekor libas, sebagian ulama menyatakan diganti dengan seekor keledai. Begitu cerita singkat latar belakang ibadah Qurban ini.


Apa hikmah di balik ibadah ini?




  1. Tingkat ketaatan kepada Allah SWT. Taat dalam melaksanakan segala perintahNya dan taat pula dalam menjauhi laranganNya. Dengan ibadah kurban ini, seorang muslim akan dinilai tingkat ketaatannya kepada Allah. Ibadah kurban adalah perintah Allah untuk dilaksanakan bagi muslim yang mampu. Sederhananya, seorang muslim yang sejatinya sudah memenuhi persyaratan untuk berkurban, tetap pada saat yang sama dia tidak melakukannya, maka bisa dikatakan bahwa muslim tersebut tidak taat kepada perintah Allah SWT.

  2. Keikhlasan. Agar ibadah kita diterima, maka salah satu syarat yang harus dipenuhi adalah keikhlasan. Walaupun kita berkurban 100 ekor sapi, tetapi jika alasannya ingin terkenal atau agar dipandang kaya, maka ibadah tersebut bisa saja tertolak. Sebaliknya, walaupun hanya seekor kambing, tapi itu benar-benar ditujukan karena Allah SWT, maka Insyaa Allah ibadahnya diterima.

  3. Makna Berbagi. Daging hewan kurban yang telah disembelih tersebut selanjutnya harus dibagikan kepada mereka yang berhak mendapatkan, seperti fakir, miskin, anak terlantar, muallaf, musafir, dan lain-lain. Dengan konsep ini, maka makna kegembiraan yang ada pada sebuah perayaan, pun ikut dirasakan oleh mereka yang tidak berpunya atau yang sedang dirundung duka.

  4. Mendapatkan pahala. Tentu saja, ujung dari sebuah ibadah yang dilaksanakan adalah pahala dari Allah SWT. Berkurban adalan sebuah ibadah. Artinya, berkurban akan mendapatkan pahala. Banyak dalil-dalil yang membahas tentang hal ini. Tidak perlu ragu dengan janji Allah yang akan memberikan pahala berlipat ganda kepada siapapun yang berkurban dengan ikhlas dan sesuai tuntunan.


[caption id="attachment_92" align="aligncenter" width="554"]www.katailmu.com www.katailmu.com[/caption]

Tentu saja, masih banyak pelajaran lain yang bisa diambil dari ibadah kurban ini. Namun, secara umum, ke-4 hal inilah yang menjadi hal utama yang ingin ditunjukkan dengan kesanggupan kita berkurban.


Selamat Hari Raya ‘Idul Adha 1434 H. Semoga kita semua bisa memaknai dan mengamalkan pelajaran di balik ibadah kurban. Amin.


Mohon maaf lahir dan bathin.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Haha, Hihi, Huhu, Hehe, Hoho

Tentang Mutasi dan Varian Baru Virus COVID-19

Gagal Terpilih, Antipsikosis Menanti