Salju & Kebahagiaan 7 Hari

Jika ada sesuatu yang ingin sekali disaksikan secara langsung oleh orang-orang tropis yang berkunjung ke daerah subtropis, maka sesuatu itu adalah salju. Butiran halus nan putih itu selalu saja menjadi primadona bagi orang-orang tropis, termasuk saya.

Salju yang dinanti, tapi bakal dibenci (www.mirror.co.uk)
Pertama kali menginjakkan kaki di Amerika Serikat, saat itu masih musim gugur. Artinya, sekitar sebulan sampai dua bulan ke depan, salju itu akan berjatuhan dari langit. Begitu kata seorang teman yang telah lebih dahulu berada di sini.

Tibalah saatnya salju itu menampakkan dirinya. Perlahan butiran putih itu berjatuhan ke bumi. Sedikit demi sedikit. Kadang berlarian karena tiupan angin. Saya tersenyum sumringah. “Oh, ini toh yang namanya salju,” ucap saya saat itu dengan senyum tersungging.

Selama ini, butiran putih seperti kapas itu hanya bisa dilihat lewat televisi. Film-film yang diproduksi di negara-negara subtropis selalu mempertontonkan adegan di bawah guyuran salju. “Indah sekali,” begitu gumamku.

Tahun ini, tak terasa saya telah berada di tanah ini selama 1 tahun 4 bulan. Itu berarti pula, Insyaa Allah, musim salju ke-2 akan saya lewati. Tentu saja, rasa bahagia yang pernah saya rasakan di kali pertama bertatapan dengan salju tidak akan saya rasakan lagi di musim dingin kali ini.

Kenapa?

Karena saya telah merasakannya.

Apalagi rasa excited-nya hanya ada pada minggu-minggu pertama saat salju itu turun. Minggu-minggu selanjutnya, rasa bahagia itu berubah wujud menjadi rasa tersiksa oleh rasa dingin yang menusuk tulang. Saat itu, saya justru berharap agar musim segera berganti menjadi musim semi atau musim panas yang lebih hangat. Percayalah!

Hal yang sama juga saat musim panas tiba. Akan ada saat dimana kita justru berharap agar musim dingin segera tiba agar kita tidak kegerahan.

Hmm...begitulah manusia! Sukar untuk bersabar dan bersyukur atas sesuatu.

Salam.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Haha, Hihi, Huhu, Hehe, Hoho

Tentang Mutasi dan Varian Baru Virus COVID-19

Gagal Terpilih, Antipsikosis Menanti