"Kaca yang Berdebu"
Saya termasuk penyuka nasyid. Lirik yang dinyanyikan selalu saja membuat hati menjadi teduh, kadang mesem-mesem, tersinggung, cemburu, tersenyum sendiri, dan kadang wajah pun sampai merona merah. Para munsyid itu seolah tahu caranya meramu kata-kata menjadi sebuah lirik penuh inspirasi yang menohok tepat di jantung.
Sore ini, untuk kesekian kalinya saya mendengarkan sebuah nasyid yang sangat indah. Namun, ada yang beda dari nasyid ini. Sangat beda. “Kaca yang Berdebu”. Begitu judulnya. Munsyidnya Maidany. Pertama kali saya mendengarkan nasyid ini, ada rasa “aneh” yang tiba-tiba menyelinap dalam hati. Sebuah rasa yang sulit dijelaskan kata-kata. Nasyid ini sukses mengeksitasi kemunculan rasa itu.
Nasyid ini ingin melempangkan sebuah inspirasi tentang jenis hubungan yang harus dibangun antara suami dan istri. Seluruh penggalan liriknya menyimpan makna mendalam yang begitu indah. Sebuah makna yang membuat saya sore ini senyam-senyum sendiri.
http://www.youtube.com/watch?v=aZecnsII4gg
Ia ibarat kaca yang berdebu
Jangan terlalu keras membersihkannya
Nanti ia mudah retak dan pecah
Nanti ia mudah keruh dan ternoda
Ia ibarat kaca yang berdebu
Jangan terlalu lembut membersihkannya
Enam baris lirik pembuka nasyid yang indah, bukan? Pesan yang tersimpan pun tidak kalah indahnya. Ada sebuah pelajaran besar di sana. Bersikaplah sesuai kadar terbaik. Jadilah seseorang yang mau dan mampu membersihkan “kaca yang berdebu” itu.
Namun, janganlah keinginan dan kemampuanmu itu menggodamu untuk tidak bersikap yang terbaik. Kadang terlalu bernafsu, kadang tanpa semangat. Kadang terlalu keras, kadang pula terlalu lembut. Yang terbaik adalah berada di tengah-tengah. Bukankah umat ini adalah umat pertengahan?
Ia bagaikan permata keindahan
Sentuhlah hatinya dengan kelembutan
Ia sehalus sutera di awan
Jagalah hatinya dengan kesabaran
Nasyid ini kemudian dilanjutkan dengan 4 baris penegasan. Kata-kata terpilih dalam baris-baris inilah yang yang membuat saya memuji diksi pencipta nasyid ini. Saya tak tahu siapa penciptanya. Yang pasti, ia adalah seorang lelaki yang tahu sifat kodrati seorang wanita. Dan, tentu saja, tahu cara menghargai dan memperlakukannya.
Lemah lembutlah kepadanya
Namun jangan terlalu memanjakannya
Tegurlah jika ia tersalah
Namun janganlah lukai hatinya
Bersabarlah bila menghadapinya
Terimalah ia dengan keikhlasan
Karena ia kaca yang bedebu
Semoga kau temukan dirinya bercahayakan iman
Baris selanjutnya adalah baris reffrain. Jika baris-baris sebelumnya dinyanyikan dengan nada yang lambat, maka bagian ini disuarakan dengan nada yang lebih cepat. Bagian ini pula yang menjadi titik pertama dimana saya perlahan ikut berdendang.
Saya menyukai nasyid ini. Walaupun ini adalah nasyid yang menceritakan bagaimana seharusnya seorang suami bersikap kepada sang istri, namun bagi saya, nasyid seperti ini justru nasyid yang bisa memberi pelajaran kepada semua orang. Tak peduli dia sudah beristri atau masih jomblo/single, nasyid ini tetap pas untuk dinikmati sekaligus diambil sarinya.
Jika saja semua suami/lelaki berlaku sebaik dan seindah ini, maka tak akan ada yang namanya air mata dan tangis kesedihan. Yang ada adalah pancaran kebahagiaan dan senyum keceriaan.
Alhasil, nasyid ini sukses membuat saya mupeng (muka pengen). Bagaimana dengan Anda? :)
Salam.
Komentar
Posting Komentar