Dosen Baik Vs Dosen Zalim
Kondisi 1
Jika ada seorang mahasiswa yang seharusnya LULUS dalam suatu mata kuliah (karena memang cerdas, rajin dan relijius), tetapi karena dia memiliki masalah personal dengan dosen pengampu mata kuliah tersebut lantas dinyatakan TIDAK LULUS, maka dosen yang bersangkutan dengan mudah dicap ZHALIM. Tidak bakal ada kontroversi akan hal itu.
Kondisi 2
Jika ada seorang mahasiswa yang seharusnya TIDAK LULUS (mungkin karena memang malas masuk, tidak mengumpulkan laporan, dst.), tetapi karena mantap hubungannya dengan dosen pengampu, maka mahasiswa tersebut dinyatakan LULUS. Jika ini yang terjadi, maka bisa terjadi kontroversi untuk mendudukkan status sang dosen apakah dosen tersebut ZHALIM atau justru BAIK.
Kondisi 3
Jika ada dosen yang TELAT MASUK ke dalam kelas atau justru TELAT KELUAR dari jadwal seharusnya, maka dosen itu bisa dikategorikan ZHALIM kepada para mahasiswa. Tak pelak, jika ini terjadi, banyak mahasiswa yang menggerutu jika dosen telat masuk. Apalagi jika sudah lama menunggu, ternyata sang dosen di 10 menit terakhir memberikan info tidak jadi kuliah. Beuh...sakitnya tuh di sini! Hehe.
Kondisi 4
Jika ada dosen yang masuk tepat waktu di kelas, tetapi cepat meninggalkan kelas (misalnya, sang dosen hanya masuk 20 menit dari 100 menit yang seharusnya diberikan), maka sang dosen mungkin dikatakan BAIK. Bukan ZHALIM. Hehehe. Bahkan, jika dosen tersebut sebelumnya sudah menginformasikan tidak masuk hari ini, mungkin bukan gerutuan yang muncul, tetapi justru senyum bahagia.
-------------------------------------------------------------------------
Menurut saya pribadi, ke-4 kasus di atas dapat dikategorikan kezhaliman. Untuk kondisi 1, saya pikir titik kezhalimannya telah jelas. Jika memang seorang mahasiswa patut lulus, maka harus diluluskan. Namun, kadang banyak kasus dimana nasib seorang mahasiswa sangat bergantung pada hubungannya dengan sang dosen. Alasan personal masih dengan mudah kita temukan sebagai alasan tidak meluluskan seorang mahasiswa.
Pada kondisi ke-2, letak kezhalimannya ada pada mahasiswa lain yang justru sudah berusaha dengan serius dan rajin mengerjakan tugas yang diberikan. Mahasiswa-mahasiswa ini sudah bela-belain datang tepat waktu, tugas selalu dikerjakan dengan baik dan penghargaannya kepada dosen baik, sehingga wajar dinyatakan LULUS. Letak masalahnya jika ada mahasiswa yang berbeda 180 derajat dengan tipe mahasiswa rajin di atas yang sepatutnya TIDAK LULUS, tetapi dinyatakan LULUS. Ini zhalim menurut saya.
Pada kondisi ke-3, kezhalimannya sudah jelas, kan? Hehe. Capek menunggu kodong, eh...ternyata dosennya 'gak jadi masuk. Atau kondisi lain. Sudah menunggu selama 80 menit, tetapi 'gak bisa kemana-mana karena sang dosen berpesan beliau akan masuk 20 menit terakhir. Parahnya lagi, sudah telat masuk, eh....telat keluar juga. Beuh...terasa mengantuknya, terasa gerutunya dan terasa pula sakitnya.
Kondisi 4, ini bisa menjadi kontroversi apakah dosennya baik atau zhalim. Secara pribadi, saya tetap melihatnya zhalim. Sederhana saja melihatnya! Dosen telah dikontrak untuk bertatap muka 100 menit di dalam kelas. Jika itu yang menjadi dasar, maka proses KURANG atau LEBIH dari 100 menit dengan mudah dikategorikan ZHALIM. Iya khan? Ternyata sukar yah menjadi seorang dosen? Hehehe.
Ya sudah...intinya berusahalah yang terbaik sesuai aturan yang ada. Jika aturannya jelas seperti itu, maka sedapat mungkin patuhi. Berbeda ceritanya jika kondisinya darurat! Hehe.
Komentar
Posting Komentar